Pada kesempatan kali ini kami akan coba menjelaskan sedikit tentang sistem kerja yang umum diterapkan ketika anda bekerja sama dengan sebuah perusahaan kontraktor bangunan seperti kami di Wahana Cipta. Adapun yang kami maksud sistem kerja disini merupakan macam – macam cara yang ditawarkan kontraktor dalam menangani proyek pembangunan para kliennya.
Hal ini penting untuk anda ketahui sebab akan sangat membantu anda untuk mengetahui hak dan kewajiban kontraktor serta anda sendiri selama kontrak berjalan. Jadi silahkan anda simak penjelasan kami di artikel ini dan pastikan anda membacanya sampai tuntas.
Mengenal 3 Sistem Kontraktor Bangunan
- Sistem Cost and Fee
Sistem kerja sama yang pertama ini sifatnya sangat terbuka dan penggunaan dana selalu dilaporkan kontraktor kepada anda sehingga segala biaya yang digelintirkan pada projek anda dapat terpantau dengan baik. Pengeluaran uang untuk berbagai hal meliputi belanja bahan bangunan, upah pekerja, hingga biaya – biaya kecil yang terbuka bisa menjadi jaminan bahwa tidak ada penyelewengan dana.
Pada sistem cost and fee bahkan sebenarnya pun anda sebagai pemilik proyek dapat membeli sendiri bahan bangunan. Namun apabila anda terlalu sibuk dan tidak sempat melakukan hal tersebut anda tetap bisa memasrahkannya kepada pihak kontraktor. Jika demikian kontraktor wajib memperlihatkan kwitansi atau bukti pembelian yang di dalamnya tertera berapa besar nominal uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu material.
Sangat tepat untuk memakai sistem kerja ini jika anda menargetkan hasil pembangunan berkualitas. Di samping itu sistem cost and fee juga kerap kali direkomendasikan para arsitek bila gedung mengusung desain konstruksi yang rumit. Hal ini dikarenakan sistem kerja tersebut sangat fleksibel. Anda berhak memutuskan sendiri apakah kontraktor dapat melanjutkan ke proses selanjutnya atau tidak. Tergantung dari seberapa puas anda terhadap hasil kerja yang telah diberikan.
Untuk pembayaran jasa kontraktor sendiri anda harus memberikan 10% dari nilai keseluruhan produk kepada mereka. Di beberapa daerah terkadang ada yang mencapai 15%. Dengan begitu jika upah kontraktor adalah sebesar 10% nilai proyek, maka saat anda membangun gedung dan menghabiskan dana sebesar Rp 150.000.000 maka kontraktor berhak mendapatkan Rp 15.000.000. Artinya untuk proyek tersebut setidaknya anda harus menyiapkan uang sebesar Rp 165.000.000.
- Sistem Borongan Sebagaian
Berbeda dengan sistem cost and fee dimana tanggung jawab pekerjaan ada di tangan pemilik proyek, pada sistem borongan sebagian ada beberapa pekerjaan dari keseluruhan yang ada menjadi tanggung jawab kontraktor. Adapun apa saja pekerjaan itu tergantung dari kesepakatan antara kedua belah pihak. Jadi anda perlu menentukannya di awal kerja sama.
Hanya saja, umumnya di luar sana kita dapat menemukan sistem kerja borongan sebagaian umumnya kontraktor akan mendapat kepercayaan penuh untuk menangani proses pembangunan struktur gedung. Selanjutnya setelah masuk ke tahap finishing sistem kerja akan beralih menjadi sistem cost and fee. Dengan dimikian maka proses pemasangan keramik, pemelesteran tembok, dan lain – lain kembali lagi ke tangan klien.
Kesimpulan dari penjelasan sistem borongan sebagian ini bisa kita katakan sangat cocok bagi anda yang minim dana tapi tetap mengingingkan hasil akhir yang memuaskan. Seperti yang kami tuliskan pada paragraf di atas anda bisa kembali menerapkan sistem cost and fee pada saat finishing sehingga disini anda dapat memaksimalkan anggaran yang anda miliki untuk menyelesaikan gedung anda sesempurna mungkin.
- Sistem Borongan Utuh
Sitem kerja yang terakhir adalah borongan utuh. Bekerja sama dengan kontraktor bangunan menggunakan sistem ini anda cukup menyiapkan dana pembangunan, bernegosiasi bersama mereka, menentukan deadline, menentukan termin pembayaran, dan terakhir menyerahkan dana pembangunan yang tadi telah anda siapkan. Setelah itu proyek menjadi tanggung jawab penuh pihak kontraktor.
Itu berarti kontraktor juga mengatur sendiri pemanfaatan anggaran pembangunan dari anda. Pokoknya pada sistem ini yang anda tahu adalah kontraktor sudah menyanggupi dapat merealisasikan bangunan anda dengan dana yang tersedia. Urusan apakah nantinya kontraktor bisa mendapat keuntungan atau justru harus tombok itu masalah mereka. Setelah proyek bergulir klien sudah tidak bisa lagi campur tangan terkait pengelolaan uang tersebut.
Dengan sistem borongan utuh biasanya pekerjaan lebih cepat selesai. Namun disisi lain kualitas yang dihasilkan patut dipertanyakan. Anda boleh memilih sistem ini jika yang anda prioritaskan bangunan bisa cepat berdiri tanpa harus mengeluarkan uang secara berlebihan.